tag:blogger.com,1999:blog-6022155620992602132024-03-21T15:30:31.350+07:00KESENIANkesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-61073987756744101112012-02-08T13:00:00.003+07:002012-02-08T13:00:50.943+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="postline">
<div class="posticon">
<img alt="" src="http://flash.sonypictures.com/movies/spiderman/blogtemplate/style4/images/post_icon.jpg" />
</div>
<div class="posticon_text">
<div class="postline">
<span class="post_title">
<a href="http://caffedesa.blogspot.com/2009/05/ketoprak-pati-masih-berjaya-1.html">Ketoprak
Pati Masih Berjaya (1) (Nada Amelia W)</a>
</span>
</div>
<div class="postline">
<span class="date">Minggu, 10 Mei 2009
di
<a class="timestamp-link" href="http://caffedesa.blogspot.com/2009/05/ketoprak-pati-masih-berjaya-1.html" title="permanent link">07:07</a>
<span class="vert_spacer"> | </span>
<span class="item-control blog-admin pid-102139692">
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=5098823603565383397&postID=3029516699103033547&from=pencil" title="Edit Entri">
<span class="quick-edit-icon"> </span>
</a>
</span>
</span>
</div>
</div>
</div>
<span class="post_text"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwuxUthEb_1jKaNq-Vc2NWk5zUP7GZpHCL4EBNSQxI4fkjV3HJAbhHDHElVYAmUH4V1fZLPWJvqI2YADDi5y-6qDke6Ha6JZFoGvqeGID3XAyhlNhPH1pIoKDULRCvMeNQ3Hjrl3MDZc9y/s1600-h/01.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334197515575000450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwuxUthEb_1jKaNq-Vc2NWk5zUP7GZpHCL4EBNSQxI4fkjV3HJAbhHDHElVYAmUH4V1fZLPWJvqI2YADDi5y-6qDke6Ha6JZFoGvqeGID3XAyhlNhPH1pIoKDULRCvMeNQ3Hjrl3MDZc9y/s320/01.JPG" style="float: left; height: 276px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 317px;" /></a> 40 Hari Nonsetop, Sehari 3 Panggung<br /><blink>HARI-HARI
seperti ini cobalah datang ke perbatasan Kabupaten Pati dan Rembang.
Bertanyalah pada tukang ojek atau sopir angkutan, pasti tak sulit untuk
mendapatkan informasi tentang tempat pertunjukan ketoprak. Pada musim
orang punya hajat dan kabumi (sedekah bumi) seperti sekarang, seni
pertunjukan itu hampir setiap hari bisa ditonton lewat tanggapan di
kawasan tersebut.<br />Minggu (5/6) lalu, misalnya, paling tidak ada lima
grup ketoprak pentas siang-malam. Ketoprak Cahyo Mudho manggung di Desa
Gunungngsari, Batangan Pati; Langen Marsudi Rini di Desa Nggrawan,
Sumber, Rembang; Siswo Budoyo di Dungbacin, Nggrawal, Sumber, Rembang;
Ronggo Budoyo di Mantingan, Jaken, Pati; dan Wahyu Budoyo di Samben,
Kaliori Rembang. Cahyo Mudho dan Langen Marsudi Rini ditanggap untuk
bersih desa, sedangkan tiga grup yang lain untuk sunatan dan pesta
pernikahan.</blink><br /><blink>...</blink><span class="fullpost"><br />"Tapi
karena sekarang panen tidak begitu berhasil, tanggapan juga sepi. Untuk
Madilakir (Jumadilakir-Red) nanti, baru ada 17 tanggapan, sebagian
besar sehari-semalam. Tahun-tahun lalu, jika panen bagus, sebulan bisa
manggung 25 hari 25 malam dalam sebulan," kata Kabul Sutrisno (65),
Ketua Ketoprak Cahyo Mudha, yang beralamat di Desa Bakaran Kulon,
Kecamatan Juwana, Pati.</span><br /><span class="fullpost">Soal jumlah
tanggapan yang berkurang, Pemimpin Langen Marsudi Rini, Rinny Riana
(40), pun mengakui. "Sekarang apa-apa kan lagi sepi, tanggapan pun tak
seramai tahun-tahun lalu. Tahun 1996 grup kami bisa tanggapan 40 hari
nonsetop, tapi sekarang jauh berkurang, apalagi harus bersaing ketat
dengan campursari dan dangdut," kata rol perempuan yang juga pemilik
grup ketoprak itu.<br /><br />A Yudi Siswoyo (56), Manajer Siswo Budoyo,
malahan mengungkapkan "prestasi" tanggapan terkini yang tak kalah dari
Cahyo Mudho. "Juni ini tanggapan kami hanya 21 kali, umumnya
siang-malam. Tapi kalau disambung bulan berikutnya, 40 hari kami
nonsetop. Biasanya malah full sebulan tidak ada lowongnya, tapi sekarang
memang lagi berkurang," kata lelaki yang tinggal di Sukoharjo,
Margorejo, Pati, itu. Diketuai oleh suami-istri Anom Sudarsono dan
Kristin, Sekretariat Siswo Budoyo berada di Desa Growonglor, Juwana,
Pati.<br /><br />Memang di antara ketoprak "papan atas" di Pati, Siswo
Budoyo boleh dibilang yang paling laris. Malahan beberapa kali kelompok
ini tampil di layar kaca, termasuk di Indosiar beberapa pekan lalu.<br /></span><span class="fullpost"></span><span class="fullpost">Namun dalam soal
stabilitas dan konsistensi, Cahyo Mudho-lah yang patut mendapat catatan
khusus. Ketoprak yang awalnya bernama Budi Sampurno itu telah berdiri
sejak 1955, dan sampai sekarang tetap eksis. Padahal, selama rentang
waktu itu, berpuluh-puluh grup ketoprak telah tumbuh, sekarat, dan
akhirnya mati karena aneka hal. Namun Cahyo Mudha, yang lebih dikenal
dengan sebutan Ketoprak Bakaran itu tetap identik dengan legenda
kejayaan ketoprak Pati. Jika ada orang haul, kata Kabul, ketopraknyalah
yang selalu dipilih. Malahan sejumlah desa hampir bisa dipastikan,
setiap tahun ketika digelar sedekah bumi, selalu nanggap Cahyo Mudho.
"Di Desa Majolampir dan Nduni, Kecamatan Jaken, juga Klumpit,
Karangbale, Dukuhmulyo, dan Glonggong di Kecamatan Jakenan, di samping
Bakaran, setiap tahun kami selalu manggung untuk kabumi. Warga di desa
itu percaya, kalau tidak nanggap Ketoprak Bakaran, panennya bisa gagal,"
ungkap Kabul, yang di desanya menjadi kaur umum itu.<br /></span><span class="fullpost"></span><span class="fullpost">Dari orang punya hajat,
baik mantu, sunatan, maupun haul, grup kesenian itu memperoleh
tanggapan. Di luar itu, acara sedekah bumi (bagi desa yang sebagian
besar penduduknya menjadi petani) dan sedekah laut (bagi desa yang
penduduknya sebagai petambak atau nelayan) merupakan pasaran tetap
setiap tahun. Yang hingga kini terus berjalan, di kawasan Rembang-Pati,
setiap dukuh -sebuah desa bisa terdiri atas beberapa dukuh-
menyelenggarakan sedekah bumi atau sedekah laut dengan nanggap seni
pertunjukan. Dan, di antara sekian banyak ragam kesenian, ketoprak dari
grup papan ataslah yang dianggap paling bergengsi.</span><br /><span class="fullpost">Lantas, berapa tarif untuk nanggap ketoprak-ketoprak
itu? "Jika tak jauh-jauh tempatnya, sehari semalam tanggapan Wahyu
Budoyo Rp 4 juta, sudah termasuk lampu, panggung, kostum, kelir,
gamelan, dan sound system, " ungkap Yudi Siswoyo.<br />Kabul pun
menyebutkan, dengan fasilitas yang sama, tarif pentas ketopraknya
sehari-semalam Rp 4 juta. "Jika hanya semalam, terpautnya hanya Rp
200.000 dari pentas sehari semalam," katanya.<br /></span><span class="fullpost"></span><span class="fullpost">Rinny mengungkapkan,
besaran tarif grupnya yang kurang lebih sama dengan grup "papan atas"
lain. "Jaraklah yang sangat kami perhitungkan. Untuk pentas di Demak,
misalnya, tarif kami bisa mencapai Rp 8 juta atau bahkan lebih," kata
dia.<br />Jangan buru-buru mengira tanggapan sebesar itu akan habis untuk
sewa kostum, gamelan, panggung, lampu, kelir, sound system, dan
transportasi. Hal-hal yang bagi grup pemula sering menjadi beban
terbesar karena harus diatasi dengan cara menyewa itu, justru tak
menjadi soal bagi grup semacam Siswo Budoyo, Cahyo Mudho, dan Langen
Marsudi Rini.<br />Semua fasilitas itu mulai dari gamelan, panggung,
perangkat tata suara dan tata lampu, kelir, kostum, sampai angkutan
telah mereka miliki. Siswo Budoyo, misalnya, untuk mengangkut semua alat
dan properti pentas, telah memiliki tiga truk dan sebuah bus, di
samping segala peralatan pendukung pentas yang lain.<br /></span><span class="fullpost"></span><span class="fullpost">Cahyo Mudho dan Langen
Marsudi Rini pun memiliki fasilitas yang tak jauh berbeda. "Kalau semua
harus nyewa, pemain dapat apa," kata Kabul Sutrisno.<br />Kejayaan dan
larisnya tanggapan itu tentu saja turut memercikkan kemakmuran bagi para
pemainnya. Dengan 65 personel, di tubuh Cahyo Mudha penghonoran
didasarkan atas kelas pemain, yang terdiri atas A, B, dan C. Mulai yang
terendah Rp 50.000 sampai Rp 200.000 untuk pemain wos (inti). "Pemain
jumputan honornya bisa lebih tinggi lagi. Pemain yang sudah tua, yang
terpaksa kita pensiunkan juga dapat honor, paling sedikit Rp 5.000
setiap kali ada tanggapan," ungkap Kabul.<br /></span><span class="fullpost"></span><span class="fullpost">Kabul pun menyebutkan,
grupnya yang tergolong paguyuban itu juga selalu menyisihkan dana setiap
mendapat tanggapan. "Selain untuk manganan (syukuran) di makam sesepuh,
dana yang terkumpul untuk membantu anggota kami yang sedang sakit,
meninggal, membangun rumah, ataupun punya hajat."<br /></span><span class="fullpost"></span><span class="fullpost">Meski diberlakukan tiga
kelas, standar penghonoran personel Siswo Budoyo agak berbeda. "Ketoprak
kami bukan ketoprak organisasi, melainkan ketoprak bos, ketoprak
majikan. Mungkin honornya lebih rendah dari ketoprak organisasi, karena
semua sisanya masuk bos, tapi segala hal yang berkaitan dengan
operasional pentas ditanggung oleh pemilik. Pemilik juga yang memberikan
semacam asuransi bila terjadi kecelakaan saat pentas dan santunan
kepada personel yang sakit," kata Yudi Siswoyo. Dia juga menyebutkan, di
grupnya honor tertinggi Rp 80.000 sekali pentas, sedangkan terendah Rp
35.000.<br /></span><span class="fullpost"></span><span class="fullpost">Meski mengaku menerapkan kelas personel dalam
penghonoran, Rinny mengelak untuk menyebutkan besar honor yang dia
berikan kepada para pemainnya. "Grup kami memang ketoprak majikan, kami
sebagai pemiliklah yang menentukan besar honor pemain dan niyaga. Itu
berbeda dari ketoprak organisasi atau paguyuban, yang segala sesuatunya
harus dimusyawarahkan, termasuk untuk mengambil pemain lain. Yang pasti,
kami menghonori teman-teman secara profesional. Pelawak, misalnya, bisa
kami honori Rp 200.000. Jarak tempat pentas dari rumah tentu saja
sangat kami perhitungkan," kata putri seniman ketoprak Sri Kencono yang
pernah melambung lewat peran Ondho Rante, almarhum Suparjo, itu.<br />Memang
para pemain wos akhirnya memiliki tarif sendiri-sendiri. Pelawak,
emban, dan pemeran utama bertarif tinggi. Seorang pelawak bisa dibayar
Rp 200.000 hingga lebih dari Rp 1 juta. Tak mengherankan jika Kancil,
sekalipun sudah ikut bergabung dengan Ketoprak Humor di Jakarta, tetap
aktif manggung di kawasan ini.</span><br /><span class="fullpost">Sebagai
pemain yang berkarakter, terutama dengan peran Sunan Kalijaga, pemain
senior semacam Budiyono setiap kali dibon bayarannya tak kurang dari Rp
300.000. Padahal, sehari-semalam dia bisa hadir di tiga pementasan di
tempat yang berbeda dan dalam waktu yang hampir bersamaan. "Bahkan,
kalau saya tak bisa manggung, bayaran untuk grup kami bisa disunat Rp
250.000 oleh yang punya kerja," kata sesepuh dan pemain Bangun Budoyo,
grup ketoprak dari Desa Karang, Kecamatan Juwana, Pati ini.<br />Sebagai
pemain bon-bonan, honor yang pernah diterima Rinny Riana pun boleh
dibilang "luar biasa". Ketika pentas di Desa Bakaran, Juwana, dengan
grup lain, sekali manggung dia mendapat bayaran Rp 1,5 juta.(Sucipto
Hadi Purnomo-bersambung-7t)<br />Sumber : Suara Merdeka Muria</span></span></div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-60555172636430146132012-02-08T12:57:00.000+07:002012-02-08T12:57:24.009+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>Wayang Golek (Nada Amelia W) </b><br />
<br />
<b>wayang golek </b> adalah suatu seni pertunjukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang" title="Wayang">wayang</a>
yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda" title="Sunda">Tanah Pasundan</a>.
Pertunjukan ini mulai dipopulerkan di Tanah Jawa oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kudus" title="Sunan Kudus">Sunan
Kudus</a>.<br />
<table class="toc" id="toc">
<tbody>
<tr>
<td>
<div id="toctitle">
<h2>
Daftar isi</h2>
<span class="toctoggle"> [<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek#" id="togglelink">sembunyikan</a>] </span></div>
<ul>
<li class="toclevel-1 tocsection-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek#Wayang"><span class="tocnumber">1</span> <span class="toctext">Wayang</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek#Perkembangan"><span class="tocnumber">2</span> <span class="toctext">Perkembangan</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek#Rujukan"><span class="tocnumber">3</span> <span class="toctext">Rujukan</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek#Pranala_keluar"><span class="tocnumber">4</span> <span class="toctext">Pranala keluar</span></a></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek#Lihat_pula"><span class="tocnumber">5</span> <span class="toctext">Lihat pula</span></a></li>
</ul>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<h2>
<span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wayang_golek&action=edit&section=1" title="Sunting bagian: Wayang">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Wayang">Wayang</span></h2>
<div class="thumb tleft">
<div class="thumbinner" style="width: 152px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pengrajin_wayang.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="214" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/e/e0/Pengrajin_wayang.jpg/150px-Pengrajin_wayang.jpg" width="150" /></a>
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pengrajin_wayang.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>
Pengrajin wayang golek</div>
</div>
</div>
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering
menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari
pertunjukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit" title="Wayang kulit">wayang kulit</a> yang memakai layar, dimana muncul
bayangan-bayangan. Di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat" title="Jawa Barat">Jawa Barat</a>, selain wayang kulit, yang paling
populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua
macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang
ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu
dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang
sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan
mengatur lagu dan lain-lain. А<br />
<h2>
<span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wayang_golek&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Perkembangan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Perkembangan">Perkembangan</span></h2>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 182px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Wayang_Golek_Sunda_PRJ_1.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="186" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Wayang_Golek_Sunda_PRJ_1.jpg/180px-Wayang_Golek_Sunda_PRJ_1.jpg" width="180" /></a>
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Wayang_Golek_Sunda_PRJ_1.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>
Wayang Golek Sunda</div>
</div>
</div>
Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang
golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang
bersumber dari cerita <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana" title="Ramayana">Ramayana</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mahabarata" title="Mahabarata">Mahabarata</a> dengan menggunakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda" title="Bahasa Sunda">bahasa
Sunda</a> dengan iringan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Sunda&action=edit&redlink=1" title="Gamelan Sunda (halaman belum tersedia)">gamelan
Sunda</a> (salendro), yang terdiri atas dua buah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Saron" title="Saron">saron</a>,
sebuah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peking" title="Peking">peking</a>, sebuah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selentem&action=edit&redlink=1" title="Selentem (halaman belum tersedia)">selentem</a>,
satu perangkat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Boning&action=edit&redlink=1" title="Boning (halaman belum tersedia)">boning</a>, satu
perangkat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Boning_rincik&action=edit&redlink=1" title="Boning rincik (halaman belum tersedia)">boning
rincik</a>, satu perangkat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kenong" title="Kenong">kenong</a>, sepasang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gong" title="Gong">gong</a> (kempul
dan goong), ditambah dengan seperangkat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kendang" title="Kendang">kendang</a>
(sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gambang" title="Gambang">gambang</a>
dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rebab" title="Rebab">rebab</a>.<br />
Sejak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1920-an" title="1920-an">1920-an</a>,
selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas
sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas
dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Upit_Sarimanah" title="Upit
Sarimanah">Upit Sarimanah</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Titim_Patimah&action=edit&redlink=1" title="Titim Patimah (halaman belum tersedia)">Titim
Patimah</a> sekitar tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1960-an" title="1960-an">1960-an</a>.<br />
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah
lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal
ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon
carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang
terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah
Tirayana, Apek, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asep_Sunandar_Sunarya" title="Asep
Sunandar Sunarya">Asep Sunandar Sunarya</a>, Cecep Supriadi dll.<br />
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu,
dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra,
suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3)
Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7)
Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.<br />
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu
membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat
(sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang
(seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang
putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6)
Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit
putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang
putra), dan sebagainya.<br />
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat,
yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian
dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika
ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan,
pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang
golek.</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-66410002062751396362012-02-07T09:33:00.002+07:002012-02-07T09:34:34.128+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="ep_tm_pagetitle">
Struktur dan Fungsi Kesenian Barongan Seni Budoyo Desa Sinoman Kecamatam Pati Kabupaten Pati, ( Kukuh dan Nada)</h1>
<div style="margin-bottom: 1em;">
<span class="person_name">Nur Indah Sesantiningrum, 2454000055</span> (2005) <i>Struktur dan Fungsi Kesenian Barongan Seni Budoyo Desa Sinoman Kecamatam Pati Kabupaten Pati,.</i> Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.</div>
<table><tbody>
<tr><td align="right" valign="top"><a href="http://lib.unnes.ac.id/3606/1/2454000055.pdf"><img alt="[img]" border="0" class="ep_doc_icon" src="http://lib.unnes.ac.id/style/images/fileicons/application_pdf.png" /></a><br />
<div class="ep_preview" id="doc_preview_9357">
<table><tbody>
<tr><td><img alt="" border="0" class="ep_preview_image" src="http://lib.unnes.ac.id/3606/1.haspreviewThumbnailVersion/2454000055.pdf" /><br />
<div class="ep_preview_title">
Preview</div>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
</td> <td valign="top"><span class="ep_document_citation">PDF (Struktur dan Fungsi Kesenian Barongan Seni Budoyo Desa Sinoman Kecamatam Pati Kabupaten Pati,) - Published Version</span> <br />
<a href="http://lib.unnes.ac.id/3606/1/2454000055.pdf">Download (66Kb)</a> </td></tr>
</tbody></table>
<h2>
Abstract</h2>
<div style="margin: 1em auto 0em; text-align: left;">
Penelitian
ini dilatarbelakangi oleh terdapatnya ciri khas dalam kesenian Barongan
Seni Budoyo. Ciri khas tersebut terletak dalam sajian kesenian Barongan
Seni Budoyo yang didalamnya terdapat atraksi mendem (intrance). Selain
itu fungsi kesenian Baronganpun masih melekat kental dalam kehidupan
masyarakat setempat dan sekitarnya. Fenomena inilah yang menjadi latar
belakang peneliti untuk mengulas kesenian Barongan Seni Budoyo secara
terperinci. Permasalahan yang dikaji dalan penelitian ini adalah
struktur dan fungsi yang terkandung dalam kesenian Barongan Seni Budoyo
Desa Sinoman Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan
struktur dan fungsi yang terkandung dalam kesenian Barongan Seni
Budoyo. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tertulis
bagi masyarakat, memberikan gambaran yang utuh kepada lembagalembaga
yang terkait untuk membuat kebijakan guna pengembangan dan pelestarian
budaya daerah dan sebagai bahan pertimbangan calon bagi peneliti
berikutnya. Pendekatan penelitian yang digunakan bersifat kualitatif.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2005 di Desa Sinoman
Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan teknik analisi data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Penelitian Barongan Seni Budoyo dilakukan
di Desa Sinoman Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Adapun struktur kesenian
Barongan Seni Budoyo terdiri dari diskripsi pertunjukan, pola
pertunjukan yang meliputi pratontonan, sajian inti, dan penutup.
Selanjutnya kajian struktur kesenian Barongan Seni Budoyo adalah
elemen-elemen pertunjukan yang didalamnya terdapat cerita,
gerak,iringan, rias busana, sesaji dan tempat pertunjukan. Fungsi dari
kesenian Barongan Seni Budoyo yaitu sebagai sarana kebutuhan estetis,
sarana tolak bala, sarana ungkapan rasa syukur, sarana hiburan, sarana
pendidikan Adapun saran untuk pihak kesenian Barongan Seni Budoyo agar
dijaga kelestariannya serta dikembangkan lagi bentuk penyajiannya. Bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Pati agar mengadakan pembinaan dan
penyuluhan kepada organisasi kesenian tradisional guna menambah
pengetahuan dibidang budaya serta mengadakan festival-festival kesenian
tradisional pada umumnya dan kesenian Barongan pada khususnya.</div>
</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-58044993336525804212012-02-07T09:33:00.000+07:002012-02-07T09:34:59.269+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2>
<a href="http://ayokepati.wordpress.com/2011/10/19/arti-lambang-semboyan-kota-pati/">Arti Lambang & Semboyan Kota Pati</a> (Joko prasetyo)</h2>
<a href="http://ayokepati.files.wordpress.com/2011/10/lambang-kab-pati.jpg"><img alt="" class="alignnone size-thumbnail wp-image-90" height="150" src="http://ayokepati.files.wordpress.com/2011/10/lambang-kab-pati.jpg?w=150&h=150" title="lambang Kab Pati" width="150" /></a><br />
<br />
<div>
Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan
Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: “keris rambut pinutung
dan kuluk kanigara”.</div>
<div>
Bp Soelaiman Dwijosoekarto atau Mbah Leman merupakan Pencipta lambang daerah kabupaten Pati</div>
<div>
<span id="more-89"></span></div>
<div>
<b># Arti Lambang Daerah Kabupaten Pati :</b></div>
<ul>
<li>Padi Kapas mencerminkan bahwa Pati adalah daerah pertanian yang subur.</li>
</ul>
<ul>
<li>Jumlah padinya adalah 17 yang merupakan tanggal Kemerdekaan NKRI.</li>
</ul>
<ul>
<li>Kapasnya berjumlah 8 melambangkan bulan Kemerdekaan NKRI</li>
</ul>
<ul>
<li>Pintu gerbang majapahit yang jumlah manukan gentingnya 45 melambangkan Tahun Kemerdekaan NKRI</li>
</ul>
<ul>
<li>Gunung muria serta Laut Jawa yang merupakan latar belakangkondisi geografi Kab Pati.</li>
</ul>
<ul>
<li>Keris Rambut Pinutung dan Tombak Senjata andalan Kadipaten Pati juga
gambar Kepala Lembu Pragola serta Kuluk Kanigoro kesemuanya itu simbol
kebesaran Kadipaten Pati. Makna Bintang adalah bahwasanya masyarakat
Pati adalah berkeTuhanan. Makna rantai adalah kerukunan.</li>
</ul>
<ul>
<li>Bendera merah putih merupakan bukti bahwa Kabupaten Pati setia selamanya dalam kerangka NKRI</li>
</ul>
<div>
<b> # SEMBOYAN KABUPATEN PATI ADALAH BUMI MINA TANI</b>
</div>
<div>
DASAR HUKUM :<br />
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pati Nomor : 3 Tahun 1993 Tentang Semboyan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pati
</div>
<div>
Semboyan BUMI MINA TANI yang merupakan kependekan dari :<br />
B : Berdaya<br />
U : Upaya<br />
M : Menuju<br />
I : Identitas Pati<br />
M : Makmur<br />
I : Ideal<br />
N : Normatif<br />
A : Adil<br />
T : Tertib<br />
A : Aman<br />
N : Nyaman<br />
I : Indah
Semboyan Pati “BUMI MINA TANI” mempunyai maksud sebagai berikut:</div>
<blockquote>
- Berdaya, adalah berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita.</blockquote>
<blockquote>
- Upaya, merupakan usaha masyarakat dalam mencapai cita-cita yang diharapakan.</blockquote>
<blockquote>
- Menuju, merupakan arah / tujuan yang ingin dicapai sesuai identitas daerah.</blockquote>
<blockquote>
- Identitas Pati, merupakan ciri kekhususan yang
sebenarnya, sehingga masyarakat dengan segala daya dan upaya ingin
menemukan Jari Dirinya sendiri.</blockquote>
<blockquote>
- Makmur, merupakan cita-cita hidup yang diidam-idamkan seluruh bangsa yang sudah ada sejak bangsa itu lahir.</blockquote>
<blockquote>
- Ideal, merupakan harapan masyarakat yang diinginkan
agar dicapai suatu keadaan yang selalu dapat menyesuaikan dengan
perkembangan jaman.</blockquote>
<blockquote>
- Normatif, merupakan harapan masyarakat dan pemerintah
yang ingin mencapai tata kehidupan senantiasa berpihak pada norma-norma
yang berlaku.</blockquote>
<blockquote>
- Adil, merupakan cita-cita bangsa yang didambakan sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.</blockquote>
<blockquote>
- Tertib, suatu keadaan yang diharapakan yaitu tertib
pemerintah dan tertib masyarakatnya sehingga kedua-duanya harus saling
mendukung tanpa ada yang bertentangan.</blockquote>
<blockquote>
- Aman, adalah suatu keadaan dimana masyarakat
benar-benar merasa aman dan merasa terlindungi dalam hidupnya
sehari-hari sebagai warga masyarakat.</blockquote>
<blockquote>
- Nyaman, adalah suatu keadaan dimana masyarakat merasa
enak, sejuk, sehat, dan segar sehingga memungkinkan masyarakat betah
tinggal di lingkungannya.</blockquote>
<blockquote>
- Indah, juga sebagai cita-cita pendukung yaitu kondisi estetika dambaan masyarakat.</blockquote>
<br />
<div>
Demikianlah kurang lebih <b><i>arti lambang Kabupaten Pati</i></b>,
semoga bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua. Insya
Allah akan kita lanjutkan pembahasan tentang arti lambang Kabupaten yang
lain pada posting selanjutnya.</div>
<div>
Referensi :</div>
<ol start="1">
<li>Wikipedia/wiki/Pati</li>
<li>Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pati</li>
</ol>
</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-38689629217396795482012-02-07T09:22:00.001+07:002012-02-07T09:24:53.591+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
PERTUNJUKAN TAYUB DI PATI ( Marandita Ayun Kumaladevi )</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Tampil dengan kostum yang kontras sebatas dada
dihiasi make up yang medhok-merok dan bau parfum yang menyengat hidung,
kemudian berlenggang-lenggok di atas gelaran tikar merupakan ciri khas
sripanggung pertunjukan tayub. Masyarakat Grobogan menyebutnya sebagai
ledhek. Mereka tampil jika diundang oleh warga desa yang kebetulan punya
hajat, entah itu khitanan maupun resepsi perkawinan.<br />
<span class="fullpost"></span><span class="fullpost"></span>
</div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Keberadaan ledhek di
tengah-tengah masyarakat Grobogan yang mayoritas hidup dalam lingkungan
agraris nyaris menyaingi seni hiburan lain semacam <a href="http://sawali.info/category/sastra/wayang-sastra/" title="wayang">wayang</a>
kulit, <a href="http://sawali.info/category/sastra/wayang-sastra/" title="wayang">wayang</a>
orang, atau ketoprak. Seni tayub masih diuri-uri meski hiburan berbau
elektronik sejenis video juga muncul scara sporadis jika kebetulan ada
warga desa yang punya hajat. Apakah ini merupakan kompensasi warga desa
yang haus hiburan di sela-sela rutinitas pekerjaan bertaninya yang
membelenggu ataukah memang telah kadung menjadi <a href="http://sawali.info/tag/tradisi/" title="tradisi">tradisi</a> yang mengilus-sumsum
sehingga kalau ditinggalkan ada gendam yang musti ditanggung?</span></div>
<div align="justify">
<b><span class="fullpost">Seremoni Nazar</span></b><br />
<span class="fullpost">Konon, dulu seni tayub hanyalah sebuah tontonan
perlengkapan seremoni nazar bagi warga desa yang kebetulan punya uni
alaias nazar. Masyarakat Grobogan meyakini adanya <a href="http://sawali.info/tag/mitos/" title="mitos">mitos</a>, jika pernah punya nazar,
tetapi tidak segera dilaksanakan setelah niatnya tercapai, maka yang
bersangkutan akan dirundung malapetaka. Misalnya, ada anggota <a href="http://sawali.info/tag/keluarga/" title="keluarga">keluarga</a>
yang sakit parah, bahkan sampai meninggal dunia atau dapat pula berubah <a href="http://sawali.info/tag/musibah/" title="musibah">musibah</a>
fatal yang lain. Sebagai medium pengabulan nazar, diundanglah ledhek
untuk menolak <a href="http://sawali.info/tag/musibah/" title="musibah">musibah</a>
yang bakal datang. Selain itu, juga sebagai pengucapan rasa syukur
kepada Hyang Widhi atas niat dan maksudnya yang telah terkabul. Lama
pertunjukan cukup singkat sekitar 1-2 jam. Konon, mantra-mantra yang
diucapkan sang ledhek itulah yang sanggup meredam segala <a href="http://sawali.info/tag/musibah/" title="musibah">musibah</a>.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Dengan iringan gamelan yang
mengalun, sang ledhek mulai mengucapkan matra dalam bentuk tembang. Ada
suasana sakral di sana. Di tengah asap dupa yang membubung dengan
segenap uba rapenya semacam ayam panggang, keris, onggokan pisang,
ketupat, dan beras putih, sang ledhek tak henti-hentinya mengucapkan
mantra sambil menyebar beras putih ke segala penjuru sebagai tulak
balak: “…ana sengkala saka kulon tinulak bali mangulon. Sing nulak balak
Raja Iman Slamet …” (ada <a href="http://sawali.info/tag/musibah/" title="musibah">musibah</a> dari barat ditolak
kembali ke barat. Yang menolak Raja Iman Selamat) ….” Byur! Beras putih
disebar ke arah barat. Demikian seterusnya higga tujuh kali sesuai
dengan arah yang disebutkan. Setelah sang ledhek selesai mengucapkan
mantra dalam bentuk tembang, tamatlah pertunjukan sebagai pertanda bahwa
nazar telah dilaksanakan. Mereka yakin, <a href="http://sawali.info/tag/musibah/" title="musibah">musibah</a> tak mungkin muncul
sekaligus sang empunya nazar terhindari dari segala petaka.</span><br />
<span class="fullpost"></span>
</div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Namun, seirama perkembangan
seni hiburan di daerah pelosok pedesaan, seni tayub kini berubah fungsi,
suasana, dan temponya. Dari fungsinya sebagai perlengkapan seremonial
nazar beralih fungsi sebagai hiburan semata. Suasana sakral pun sirna
berganti suasana hingar-bingar di tengah musik gamelan yang membubung
ditingkah ketipak kendang yang keras membentak. Tempo pertunjukannya pun
berlangsung semalam suntuk alias byar klekar seperti hiburan lain pada
umumnya.</span></div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
<b><span class="fullpost">Seronok</span></b><br />
<span class="fullpost">Tayub, konon merupakan jarwa-dhosok (akronim)
“Yen ditata dadi guyub” (kalau ditata jadi guyup/rukun). Ada makna
harfiahnya. Pertunjukan tayub yang melibatkan ± lima pria sebagai
penayub dengan dua atau tiga ledhek sebagai sripanggungnya, kalau ditata
dan diatur nyaris mampu menampilkan suasana paguyuban yang kuyup akan
nilai persaudaraan, kerukunan, dan kekeluargaan. Namun, toh akhirnya
makna harfiah yang kuyup nilai itu jadi sirna lantaran dibikin sendiri
oleh ulah penayubnya yang kadang seronok, hampir-hampir menjurus ke
tingkah pornografi.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Lazimnya, pertunjukan dimulai
pukul 21.00 didahului dengan pembukaan instrumen gamelan para niyaga.
Setelah semuanya siap, sang ledhek mulai memburu mangsa yang duduk di
ruang tamu. Biasanya, mangsa (baca: penayub) yang ketiban smapur atau
diberi selendang oleh ledheknya memberi imbalan Rp500. pertunjukan
dibagi dalam 2 tahap, yakni mulai pukul 21.00 hingga pukul 24.00 giliran
pinisepuh dan warga yang tergolong usia tua dan mulai pukul 0.00 dini
hari hingga selesai giliran anak-anak muda. Jika diamati, pada tahap
kedualah yang paling gempar.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Boleh dibilang bahwa pada
tahap ini pertunjukan mencapai puncak ekstasenya. Nyaris tak ada batas
antara penonton dan para penayub. Mereka sama-sama lebur dalam suasana
yang hingar-bingar. Semakin larut malam, penonton kian meruah dengan
tepuk sorak yang membahana. Pada tahap kedua ini, cara menayub terbagi
dalam dua teknik, yakni menari dan ngepos. </span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Bagi para <a href="http://sawali.info/tag/pemuda/" title="pemuda">pemuda</a> yang terampil menari,
mereka memilih cara yang pertama dengan mengundang teman-temannya
–istilahnya sambatan—untuk bersama-sama menari di tengah pertunjukan.
Mereka bebas memilih gending-gending Jawa yang keras dan hingar-bingar
dengan suara hentakan kendang yang cukp dominan, seperti gumbul thek,
kijing miring, godril, celeng mogok, goyang semarang, dan semacamnya.
Sambil menari, mereka mulai bertingkah. Tubuhnya mulai menghimpit,
memeluk, bahkan mencium. Penonton dari semua tingkatan usia pun bersorak
tempik. Mereka bergumul tanpa malu-malu, meski dilihat oleh sanak
saudara dan kerabatnya. Barangkali ini sebagai kompensasi bagi para <a href="http://sawali.info/tag/pemuda/" title="pemuda">pemuda</a> desa
yang haus hiburan di sela-sela rutinitas kesehariannya yang maton.tanpa
variasi. </span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Sedangkan, bagi para <a href="http://sawali.info/tag/pemuda/" title="pemuda">pemuda</a> yang tak
becus menari, cukup dengan ngepos, yakni duduk di kursi panjang sambil
memangku sang ledhek. Mereka mirip benar dnegan insan manusia yang
tengah dimabuk asmara. Dengan diiringi gending-gending Jawa yang
rata-rata halus-romantis, semacam sida asih, lara branta, rujak jeruk,
yen ing tawang ana lintang, dan sebagainya, mereka mulai bertingkah
seronok seolah-olah benar-benar ingin melampiaskan rupa birahinya yang
menggelora.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Para warga desa yang terasing
dari jamahan hiburan modern semacam bioskup lari menyaub meski
mengeluarkan uang lembaran dari sakunya. Mereka ikhlas, asal kebutuhan
rohaninya terpenuhi. Hal ini diakui oleh Sukarjo, seorang bujanga yang
dhemen menayub dengan logat Jawanya yang medhok: “Dhuwit isa digoleki
kok, Mas. Ning nek ledhek mung kala-kala yen ana wong nduwe gawe” (uang
bisa dicari kok Mas. Tetapi kalau ledhek hanya kadang-kadang kalau ada
orang punya hajat). </span><br />
<span class="fullpost">Bisa dipastikan, bila ada orang punya hajat,
jauh-jauh hari mereka mengumpulkan uang. Memang beginikah sikap para <a href="http://sawali.info/tag/pemuda/" title="pemuda">pemuda</a> desa
dalam upaya menyiasati kepekaan rohani dan kodrati terhadap hiburan di
abad gelombang <a href="http://sawali.info/tag/informasi/" title="informasi">informasi</a> ini? Ya,
barangkali memang ini merupakan siasat guna mengentaskan diri dari
himpitan zaman yang menelikungnya.</span>
</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
<b><span class="fullpost">Tanpa Beban Dosa</span></b><br />
<span class="fullpost">Ledhek, konon merupakan jarwa-dhosok dari “Elek
ben angger gelem medhek-medhek” (biar jelek asal mau mendekat). Seperti
kebanyak ledhek di daerah kabupaten Grobogan, modal kecantikan tak
begitu penting, meski juga berpengaruh dalam hal pemasaran. Modalnya
cukup dengan dandanan yang seronok dengan vokal yang lancar selama
semalam suntuk ditambah dengan keberanian mendekati kaum lelaki. Dan,
agaknya mereka tampil seperti layaknya menawarkan kodrat profesi, tanpa
merasa dihimpit beban dosa.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">“Kula mboten isin, kok, Mas.
Merki niki gaweyan kula,” ucap salah seorang ledhek –sebut saja
Tukiyem—yang telah terjun sejak tahun 1979 dengan basa krama ndesanya
dengan jujur, yang artinya: “Saya tidak malu kok, Mas, sebab ini
pekerjaanku.” Kejujuran semacam ini juga disetujui oleh partnernya
dengan anggukan kepala.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Pekerjaan, apa pun bentuk dan
macamnya, kalau sudah cocok dengan kehendak nurani, memang kadang-kadang
tak pandang soal <a href="http://sawali.info/tag/etika/" title="etika">etika</a>.
Kalau memang pekerjaan semacam yang dilakukan oleh Tukiyem itu sudah
menjadi tuntutan nuraninya, dapatlah ia dijadikan sebagai tameng
pendobrak <a href="http://sawali.info/tag/kehidupan/" title="kehidupan">kehidupan</a>
yang kian sulit seperti sekarang ini, meski ada bias-bias tuntutan <a href="http://sawali.info/tag/moral/" title="moral">moral</a> di sana.
Para ledhek dalam <a href="http://sawali.info/tag/kehidupan/" title="kehidupan">kehidupan</a> sehari-harinya
pun hidup wajar bersama warga yang lain, tanpa ada beban <a href="http://sawali.info/tag/moral/" title="moral">moral</a> yang mesti
ditanggung.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Ledhek barangkali bisa
disamakan dengan keberadaan cokek di Sragen, atau tandak di Surabaya
yang diterjuni secara wajar-wajar saja tanpa adanya perangkat <a href="http://sawali.info/tag/upacara/" title="upacara">upacara</a>
perangkat penobatan. Akan tetapi, berbeda dnegan ronggeng di daerah
Banyumas yang mengenal adanya <a href="http://sawali.info/tag/tradisi/" title="tradisi">tradisi</a> bukak klambu, yang
harus rela menyerahkan kehormatannya sebelum dinobatkan sebagai
ronggeng. Ledhek di Grobogan, seperti layaknya profesi yang lain,
diterjuni secara wajar-wajar saja. Asal ada niat dan sanggup,
meluncurlah mereka ke tengah-tengah masyarakat sebagai ledhek.</span><br />
<span class="fullpost"></span></div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Namun begitu, mengintip
pertunjukan tayub Grobogan yang rata-rata menampilkan adegan seronok,
perlu diadakan garis kebijaksanaan yang tegas dari pihak yang berwenang,
mengingat pertunjukan ini ditonton oleh seluruh lapisan masyarakat
tanpa mengenal tingkatan usia. Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif
yang lebih runyam jika tidak segera mendapatkan uluran kebijakan. Apa
kata anak-anak jika melihat sanak saudaranya bergumul bersama ledhek
tanpa ada jarak yang memisahkan. Para orang tua seolah meneladani
anak-anaknya dengan petingkah yang seronok. </span><br />
<span class="fullpost"></span>
</div>
<div align="justify">
<span class="fullpost">Beranjak dari sisi ini,
haruskah pertunjukan tayub yang nyaris hanya memburu segi tontonan dan
menihilkan unsur tuntunan, mesti diuri-uri? Ya, perlu ada penegasan yang
manusiawi tanpa menyinggung perasaan dan harkat warga desa yang
rata-rata lugu dan polos. Paling tidak, jarak antara ledhek dan penayub
perlu dibatasi. *** </span></div>
</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-29665873256820008592012-02-07T08:50:00.002+07:002012-02-07T08:50:43.924+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="firstHeading" id="firstHeading">
Wayang kulit(dita bella safitri)</h1>
<!-- /firstHeading -->
<!-- bodyContent -->
<!-- tagline -->
<div id="siteSub">
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas</div>
<!-- /tagline -->
<!-- subtitle -->
<div id="contentSub">
<div class="flaggedrevs_short plainlinks noprint" id="mw-fr-revisiontag">
<img alt="Perubahan tertunda ditampilkan di halaman ini" class="flaggedrevs-icon" src="http://bits.wikimedia.org/w/extensions-1.18/FlaggedRevs/presentation/modules/img/1.png" title="Perubahan tertunda ditampilkan di halaman ini" /><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan:Validasi_halaman" title="Bantuan:Validasi halaman">Belum Diperiksa</a></b></div>
</div>
<!-- /subtitle -->
<!-- jumpto -->
<div id="jump-to-nav">
Langsung ke: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit#mw-head">navigasi</a>,
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit#p-search">cari</a>
</div>
<!-- /jumpto -->
<!-- bodycontent -->
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 362px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Wayang_Performance.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="257" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/ca/Wayang_Performance.jpg/360px-Wayang_Performance.jpg" width="360" /></a>
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Wayang_Performance.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>
Pagelaran wayang kulit oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dalang" title="Dalang">dalang</a> terkemuka di Indonesia, Ki Manteb Sudharsono.</div>
</div>
</div>
<b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang" title="Wayang">Wayang</a> kulit</b>
adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa.
Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha esa,
. Wayang kulit dimainkan oleh seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dalang" title="Dalang">dalang</a> yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan" title="Gamelan">gamelan</a> yang dimainkan sekelompok <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nayaga" title="Nayaga">nayaga</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tembang" title="Tembang">tembang</a> yang dinyanyikan oleh para <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pesinden" title="Pesinden">pesinden</a>. Dalang memainkan wayang kulit di balik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelir" title="Kelir">kelir</a>, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Blencong" title="Blencong">blencong</a>),
sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat
melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami
cerita wayang(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lakon" title="Lakon">lakon</a>), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.<br />
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mahabharata" title="Mahabharata">Mahabharata</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana" title="Ramayana">Ramayana</a>, tetapi tak dibatasi hanya dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakem" title="Pakem">pakem</a> (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_Panji" title="Cerita Panji">cerita Panji</a>.<br />
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/UNESCO" title="UNESCO">UNESCO</a>
pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan
dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga <i>( <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_Agung_Warisan_Budaya_Oral_dan_Nonbendawi_Manusia" title="Karya Agung Warisan Budaya Oral dan Nonbendawi Manusia">Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity</a> ).</i> Wayang kulit lebih populer di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a> bagian tengah dan timur, sedangkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek" title="Wayang golek">wayang golek</a> lebih sering dimainkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat" title="Jawa Barat">Jawa Barat</a>.<br />
<div id="toctitle">
<h2>
</h2>
</div>
</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-14601462972043327972012-02-07T07:46:00.001+07:002012-02-07T08:50:38.889+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="post-title entry-title">
<a href="http://www.ahmarembang.com/2011/08/tentang-kesenian-ketoprak-dan.html">Tentang
Kesenian Ketoprak dan Metamorfosis Kesenian (Andi w)</a></h1>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ9UEDjQJHDB_nq6GaxrN2bNXxb8DaSpyjjwub_RKYEjl_zgMOm-WTAsdyuAQijfKTa1n6crR8i-wqjVJAZujFCfRb-ywlqEMDIaBU1joWdHFOR9-L5eDQCGCUDsIJdlotvXLviUBKHubE/s1600/kesenian-ketoprak-budaya-jawa-indonesia-sejarah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ9UEDjQJHDB_nq6GaxrN2bNXxb8DaSpyjjwub_RKYEjl_zgMOm-WTAsdyuAQijfKTa1n6crR8i-wqjVJAZujFCfRb-ywlqEMDIaBU1joWdHFOR9-L5eDQCGCUDsIJdlotvXLviUBKHubE/s200/kesenian-ketoprak-budaya-jawa-indonesia-sejarah.jpg" width="260" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i> </div>
Dalam jagad
kesenian negeri ini, ketoprak menjadi salah satu icon penting yang
menyuguhkan lakon cerita tentang kehidupan dan sejarah kemanusiaan.
Ketoprak menjadi media pertunjukan untuk mementaskan cerita dalam
labirin kehidupan dan kearifan Jawa. Ketoprak menjadi media hiburan bagi
warga di tengah keringnya kehidupan manusia akibat krisis yang
membelit. Semacam oase yang menyejukkan kehidupan warga, media hiburan
alternatif yang tetap menguarkan nilai-nilai sejarah dalam setiap
fragmen, kearifan lokal dan sindiran kebudayaan yang kental. Di tengah
gempuran media radio, televisi, internet dan media lainnya, Ketoprak
senantiasa eksis dalam derap kehidupan warga di berbagai daerah.<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=602215562099260213" name="more"></a><br />
Selain menjadi media hiburan, pertunjukan ketoprak juga menjadi media
alternatif transfer cerita sejarah kepada masyarakat. Umumnya,
lakon-lakon yang dipentaskan kesenian ketoprak seputar babad, legenda
maupun sejarah yang terjadi di berbagai daerah. Cerita-cerita inilah
yang kemudian menjadi kokoh dalam kehidupan warga. Cerita tentang
kehidupan kerajaan Majapahit, kerajaan Airlangga, kerajaan Demak,
kerajaan Ngayogjokarto, tentang kepahlawanan Gajah Mada, Adipati Unus,
perjuangan Walisanga, maupun kisah unik jejak kehidupan tokoh Saridin
(Syeh Jangkung) dan cerita lain yang familiar dalam kehidupan warga.
Dengan demikian, kesenian ketoprak menjadi media penting yang senantiasa
menjadi sejarah manusia agar tetap abadi. Pada titik inilah, perjuangan
penggiat seni ketoprak patut diapresiasi. Di tengah krisis kebudayaan
bangsa ini, perjuangan penggiat kesenian lokal menjadi “ijtihad”
penting, agar kesenian dan kekayaan <a href="http://*munawwir%20aziz,%20alumni%20pesantren%20raudlatul%20%e2%80%98ulum%20guyangan%20trangkil%20pati%20jawa%20tengah%20/">budaya</a>
negeri ini menjadi identitas kemanusiaan bangsa.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Akan tetapi, perjuangan pekerja seni ketoprak dalam ngugemi (menjaga)
nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) dan rekaman sejarah tak
sebanding dengan apresiasi yang diterima. Penggiat ketoprak senantiasa
asing dari gelegar penghargaan kesenian dan kebudayaan negeri ini.
Perjalanan kehidupan penggiat ketoprak senantiasa dibayangi mendung
hitam, hal ini dikarenakan biaya hidup semakin tinggi dan hasil
pertunjukan kesenian ketoprak semakin memprihatinkan (Sucipto HP, 2008).
Padahal, besarnya insentif (upah) penggiat ketoprak ditentukan
banyaknya pagelaran yang dijalani. Tanpa adanya panggilan pertunjukan,
penghasilan penggiat ketoprak akan berhenti total. Inilah tragedi
kehidupan pekerja kesenian negeri, di tengah agenda nasional dalam
mengapresiasi khazanah kebudayaan bangsa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kesenian Ketoprak
tumbuh di berbagai daerah di pulau Jawa. Umumnya, grup kesenian
ketoptak dapat ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Solo,
Jogkakarta, Semarang , Pati, Kediri dan Tulungagung menjadi lumbung grup
kesenian ketoprak. Grup ketoprak di berbagai daerah ini selain pentas
di tobong (arena pertunjukan) juga bermain menurut panggilan dari warga.
Biasanya, panggilan pentas ketoprak diadadakan dalam rangka sedekah
bumi, slametan (upacara rasa syukur atas berkah Tuhan), khitanan ataupun
agenda haul tokoh desa (memberi penghormatan pada tokoh desa) dan
momentum lain. Agenda-agenda inilah yang menjadikan grup ketoprak dapat
“bernafas lega”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i><b>Kerja Kreatif</b></i> </div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Grup
kesenian ketoprak membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar
senantiasa eksis dalam jagad kebudayaan bangsa. Apreasiasi inilah yang
akan memperbesar pangsa pasar ketoprak di berbagai daerah. Selain itu,
penggiat Ketropak dituntut untuk kreatif dalam merespons perkembangan
zaman. Cerita dalam pentas ketoprak diharapkan berkelindan dengan
tuntutan penonton. Akan tetapi, naskah cerita juga harus orisinil agar
tak melenceng dari struktur cerita yang telah bersemayam dalam gerak
kehidupan warga.<br />
<br />
Pada titik inilah kinerja kreatif penggiat kesenian ketoprak menemukan
muaranya. Untuk itu, segmentasi pasar grup ketoprak kian diperkaya
berbagai macam pilihan, untuk memenuhi selera pasar. Ketoprak
konvensional yang masih memenuhi paugeran (aturan) klasik, seperti
urutan cerita yang harus bermula dari jejer kraton dan dialog sepenuhnya
menjadi bagian improvisasi para pemain, tetap memiliki pasar
tersendiri. Selain itu, grup ketoprak yang bermetamorfosis dengan
perkembangan musik dan teater kontemporer, makin diminati. Grup ketoprak
seperti ini, memanggungkan naskah cerita yang sesuai dengan kondisi
kehidupan warga. Sindiran yang menyentil kasus korupsi, kinerja
pemerintah dan kesungguhan tokoh agama kerap terselip dalam alur cerita
ketoprak. Derap kreatifitas inilah yang menjadikan grup ketoprak tetap
diminati warga di berbagai daerah.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Dalam penelitian tentang kehidupan grup ketoprak di Pati Jawa Tengah
(Ketoprak Pati Tak Pernah Mati), oleh Sucipto Hadi Purnomo, Dosen Bahasa
dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Unnes Semarang,
terdapat data menarik tentang gerak dinamis grup ketoprak. Di Pati,
menurut Sucipto, grup ketoprak pada umumnya bukan ketoprak tobong
(pentas di arena pertunjukan resmi), akan tetapi ketoprak panggilan
(pentas karena ada permintaan hajatan). Ada puluhan grup ketoprak di
Pati, yang tetap survive karena permintaan pasar tetap stabil.
Diantaranya, Siswo Budoyo, Cahyo Mudho, Langen Marsudi Rini, Wahyu
Budhoyo, Bangun Budhoyo, Ronggo Budoyo, Dwijo Gumelar, Kridho Carito,
Konyik Pati, Manggala <a href="http://ahmarembang.blogspot.com/search/label/Budaya">Budaya</a>
serta beberapa grup ketoprak lain.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Grup-grup ketoprak ini mementaskan berbagai macam lakon, semisal Syeh
Jangkung (Andum Waris, Geger Palembang, Ontran-ontran Cirebon, Bedhahing
Ngerom, Sultan Agung Tani, Lulang Kebo Landoh), Dalang Sapanyana-Yuyu
Rumpung, Babad Juwana (Dewi Rara Pujiwati Gugur, Adipati Patak Warak
Mbalelo, Maling Kapa Maling Gentiri), Rara Mendut-Pranacarita, Baron
Sekeber-Rara Suli, Anda Rante, Mutamakkin dan lakon lainnya. Selain itu,
naskah-naskah cerita kontemporer hasil gubahan kreatif sutradara
ketoprak juga banyak bermunculan. Cerita-cerita kontemporer yang
merespon kondisi sosial negeri ini, menjadi “jeda” agar penonton tak
bosan dengan cerita konvensional.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Grup-grup ketoprak ini biasanya pentas selain bulan Sura (Muharram) dan
Pasa (Ramadhan) dalam penanggalan Jawa. Pada bulan Madilawal, Madilakir,
Rejeb, Ruwah, Sawal, Apit dan Besar, grup ketoprak laris tanggapan
pentas seperti agenda pernikahan dan khitan. Bahkan, grup ketoprak Cahyo
Mudo, pentas ratusan kali dalam setahun. Selama 2001, Cahyo Mudo pentas
selama 161, pada 2002 tercatat 159 kali. Sedangkan pada tahun 2003
sebanyak 138 kali, pada 2004 terhitung 139 kali dan di tahun 2005 ada
122 kali. Pada tahun 2006 menjalani pentas sebanyak 140 kali tanggapan.
Akan tetapi, tak semua grup ketoprak yang mendapat undangan pentas
stabil setiap tahunnnya. Penggiat grup ketoprak kecil lebih banyak libur
daripada menjalani tanggapan pentas. Hal inilah yang seharusnya
mendapat perhatian tinggi dari warga negeri ini. Kesenian ketoprak
hendaknya dilestarikan sebagai bagian kekayaan kebudayaan negeri ini.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Gerak kehidupan grup ketoprak yang semakin sempit, menjadi hal ironis di
tengah agenda kebudayaan bangsa. Warga negeri ini, hendaknya
mengapreasiasi grup ketoprak sebagai bagian penting khazanah kebudayaan
bangsa. Warga sebaiknya tidak hanya memberikan penghargaan atas
perjuangan penggiat ketoprak, akan tetapi undangan pentas lebih berarti
daripada sekedar penghargaan sepintas.</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br />
Untuk itulah, apresiasi warga dan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan
untuk melestarikan grup ketoprak di tengah ragam kesenian negeri ini.
Pemerintah hendaknya memberikan ruang apreasiasi tinggi pada
kelangsungan hidup grup ketoprak, dengan membangun ruang kesenian dan
mengadendakan pertujukan resmi secara kontinyu. Ruang <a href="http://*munawwir%20aziz,%20alumni%20pesantren%20raudlatul%20%e2%80%98ulum%20guyangan%20trangkil%20pati%20jawa%20tengah%20/">budaya</a>
seperti Taman Budaya Raden Saleh (Semarang), Bentara <a href="http://ahmarembang.blogspot.com/search/label/Budaya%20">Budaya </a>Jogjakarta,
dan Taman Budaya Jawa Tengah (Solo) hendaknya dibangun di setiap
daerah. Agenda kreatif wartawan Jogjakarta yang mementaskan ketoprak di
Gedung Concert Hall Taman <a href="http://ahmarembang.blogspot.com/search/label/Budaya">Budaya</a>
Yogya (TBY) pada 26 Pebruari 2008 lalu, dalam rangka Hari Pers Nasional
(HPN) menjadi titik penting untuk mensosialisasikan ketoprak dalam
panggung kehidupan masyarakat.</div>
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pertunjukan resmi
<a href="http://ahmarembang.blogspot.com/search/label/Budaya">kesenian</a>
ketoprak atas prakarsa pemerintah daerah akan memberikan kesejukan bagi
penggiat kesenian ketoprak. Dengan demikian, publik akan lebih mengenal
ketoprak sebagai kesenian yang memanggungkan kearifan dan nilai-nilai
etika kehidupan. Apresiasi warga dan dukungan pemerintah inilah, yang
menjadikan grup ketoprak di Jogjakarta , Solo, Semarang , Pati, Kediri
dan Tulungagung serta daerah lain senantiasa berdenyut dalam jantung
kehidupan negeri ini.</span><br />
<h1 class="post-title entry-title">
</h1>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-67300545256762312582012-01-20T20:57:00.002+07:002012-02-07T07:29:58.356+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 class="pagetitle">
Tayub Pati (Marandita Ayun Kumaladevi)</h2>
<b>Kesenian Tayub atau Tayuban di Pati</b><br />
<a href="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayubpati-02.jpg"><img alt="" class="alignleft size-medium wp-image-1749" height="245" src="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayub-02.jpg?w=300&h=245" title="tayub-02" width="300" /></a>Kesenian
Tayub atau Tayuban merupakan suatu kesenian Jawa yang memperlihatkan
keindahan serta keserasian gerak(tarian) yang dibarengi dengan alunan
gamelan Jawa serta lantunan-lantunan tetembangan-tetembangan. Diberbagai
daerah-daerah tertentu kesenian tayub ini berbeda-beda wujudnya,
seperti perbedaan dalam cara pengiringannya, latarnya, setinggnya,
penyajiannya, dll<br />
Kesenian Tayub di Pati mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
setempat, itu dikarenakan Tayub di Pati ini sudah turun temurun dari
zaman dahulu. Pagelaran Tayub di Pati ini masih terbilang stabil, bahkan
pada akhir-akhir ini sedang melonjak atau pamornya sedang meningkat.
Untuk kelangsungan hidupnya, Tayub di Bumi Mina Tani ini mengandalkan
kelangsungan hidupnya dari permintaan-permintaan tanggapan. Masyarakat
setempat yang masih menggunakan Pagelaran Tayub ini sebagai pemeriah
atau untuk memeriahkan acara-acara keluarga maupun acara-acara tertentu,
seperti: acara pernikahan, Khitanan, tasyakuran serta hampir semua
masyarakat desa setempat yang sampai sekarang masih mengadakan ritual
sedekah bumi atau sedekah laut membuat permintaan
terhadap tanggapan kesenian Tayub ini masih tetap berlangsung sampai
saat ini. Apalagi pada hari-hari tertentu, seperti hari-hari baik dalam
penanggalan jawa, sasi Sura dan Pasa permintaan terhadap Keseniaan Tayub
ini menjadi melonjak dan pada waktu tersebut tidak sulit untuk
menjumpai pagelaran Tayub di Pati ini.<br />
Dalam pagelaran Tayub, di dalam memeriahkan suatu acara tertentu,
para tamu undangan biasanya menjadi lebih meningkat/banyak, itu
dikarenakan ikut berperan aktifnya para tamu undangan tersebut dalam
pagelaran Tayub tersebut, yaitu sebagai Penari Pria (penayub). Sehingga
membuat minat Tamu undangan menjadi lebih tinggi.<a href="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayub-gamelan1.jpg"><img alt="" class="alignright size-thumbnail wp-image-1754" height="107" src="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayub-gamelan1.jpg?w=171&h=107" title="tayub-gamelan" width="171" /></a><br />
Di dalam melakukan Pementasannya, Tayub di Pati ini kebanyakan
menggunakan Panggung sebagai tempat untuk melakukan pagelarannya,
biasanya sisi belakang panggung ditempati Gamelan serta Waranggono dan
sisi depannya digunakan untuk pementasannya. Sedangkan untuk waktu
Pagelaran Tayub tersebut biasanya dilakukan pada saat siang atau pun
malam serta lebih sering siang dan malam tergantung penanggapnya,
biasanya pentas siang sekitar pukul 12.30-16.30 sedangkan malam pukul
20.30- 03.0. Biasanya dalam suatu pagelaran Kesenian Tayub, apabila para
tamu undangan ingin menjadi<a href="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayub03.jpg"><img alt="" class="alignright size-thumbnail wp-image-1755" height="123" src="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayub03.jpg?w=171&h=123" title="tayubpati03" width="171" /></a> Penari Pria (<i>Penayub</i>)
mereka harus mendaftar terlebih dahulu kepada para orang yang bertugas
mencatati daftar Penayub, kemudian menyerahkannya catatannya kepada
Pranataacara (Pembawa Acara) yang kemudian Pranata Acara tersebut
memanggil Para Penayub yang sudah terdaftar untuk menari diatas
Panggung.<br />
Dalam pelaksanannya Tayub di Pati ini, penari wanita (ledhek) ini di
kelilingi depan belakang oleh Penari pria (penayub) dalam pementasannya,
contohnya : apabila ada 5 orang ledhek dalam pagelaran tersebut,
berarti jumlah Penari Prianya (penayub) ada 10, yang berhadapan dengan
Ledheknya 5 penayub sedangkan yang dibelakangi Ledheknya 5 penayub.<a href="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayuban01.jpg"><img alt="" class="alignright size-thumbnail wp-image-1751" height="121" src="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayuban01.jpg?w=171&h=121" title="tayuban01" width="171" /></a>
Kemudian setiap setengah pagelaran para penari prianya memutari penari
wanita melingkar 180 derajat. dan penari wanitanya kemudian berpindah
hadapan 180 derajat juga, sehingga penari pria dan wanita yang sebelum
memutar tadi berhadap-hadapan dan setelah memutar menjadi
berhadap-hadapan kembali.<br />
Tembang serta irama Tayub di Pati lebih cokekan (musiknya lebih
keras) dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Tembang-tembang yang
dibawakan dalam pementasan Tayub di Pati sekarang ini juga mulai
mengikuti permintaan pasar, dalam artian lagu-la<a href="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayuban.jpg"><img alt="" class="alignright size-medium wp-image-1750" height="126" src="http://tanahmemerah.files.wordpress.com/2011/03/tayuban.jpg?w=171&h=126" title="tayuban.jpg" width="171" /></a>gunya tidak melulu tembang-tembang Jawa dan mulai merambah ke lagu-lagu pop yang sedang populer.<br />
<div style="text-align: left;">
Namun minat para generasi muda terhadap Kesenian Tayub ini semakin
menurun, sehingga Kesenian Tayub ini lama-kelamaan dapat termakan zaman.
Oleh karena itu re-generasi atau pengenalan generasi muda terhadap
kesenian Tayub ini sangat diperlukan agar Kesenian Tayub ini tetap ada.
Dalam hal ini peran pemerintah serta masyarakat sangat diperlukan, untuk
saling bekerja sama melestarikan kesenian Tayub ini. Sehingga membuat
Kesenian Tayub ini tidak akan pernah Mati dan tetap Lestari. (<i>Arif Novianto)</i></div>
</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-66154766720422049502012-01-20T20:54:00.001+07:002012-02-07T07:47:24.246+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div id="content">
<style type="text/css">
label.error { float: none; color: red; padding-left: 0.5em; vertical-align: top; }
</style>
<br />
<div class="w645 mr15">
<div class="w645 once_detail">
<h1 class="judul">
Darno Seniman Kethoprak dari Pati, Setia Pada Profesi (Dita Bella Safitri) </h1>
<b>PATI</b> - Kesenian kethoprak bagi Darno warga dukuh
Ngalasan desa Wonorejo kecamatan Tlogowungu kabupaten Pati merupakan
ajang untuk menangguk rejeki. Selama 25 tahun ia hidup dari kethoprak
dengan menjadi pemain yang setiap waktu menggung mengikuti kemana arah
tobong kethoprak di tanggap orang. Selama sepempat abad ia melanglang
ke berbagai tempat dengan peran yang berganti-ganti dalam suasana suka
maupun duka. Baginya bermain kethoprak tidak hanya urusan rejeki atau
mencukupi kebutuhan hidup namun juga sebagai ajang untuk melestarikan
tradisi budaya peninggalan nenek moyang. Oleh karena itu setiap waktu
dia terus belajar agar penampilannya di panggung semakin memikat dan
disenangi oleh penonton . Selain itu dalam waktu senggangnya iapun
mempelajari berbagai macam cerita atau lakon , karena selain menjadi
pemain iapun kini bertindak sebagai sutradara beberapa tahun terakhir
ini .<br />
<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhyphenhyphenRXriEeVo2tMfjdE6CikKJn5wXkdZ7tIcl7gIcy6M7JywJPJ1dv0THBp7jUC44LJqviyqUg_af4ZjKyt1lS9tkTbw4oQ92MKDMXI-CejN00EmMsSB97G127wenDwGaUK-mUeknJHBrQ/s1600/DSC_1298.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhyphenhyphenRXriEeVo2tMfjdE6CikKJn5wXkdZ7tIcl7gIcy6M7JywJPJ1dv0THBp7jUC44LJqviyqUg_af4ZjKyt1lS9tkTbw4oQ92MKDMXI-CejN00EmMsSB97G127wenDwGaUK-mUeknJHBrQ/s400/DSC_1298.JPG" width="267" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">Darno dengan pakaian kebesarannya</td>
</tr>
</tbody>
</table>
“ Saya ingat pertama kali saya pentas kethoprak tahun 1976 ketika
itu usia saya sekitar 17 tahunan , dan peran yang saya dapatkan adalah
sebagai prajurit yang hanya mengandalkan olah tubuh saya dialogpun
sepotong-sepotong. Kini selain sebagai pemain utama atau pembantu saya
juga di pasrahi bos sebagai sutradara yang mengatur lakon dalam suatu
pertunjukan “ ujar Darno pemain sekaligus sutradara Kethoprak “ Siswo
Budaya “ Pati yang ditemui saat manggung di Demak belum lama ini.<br />
<br />
Kecintaan pada kesenian kethoprak dibuktikan oleh Darno dengan
hengkangnya beberapa temannya yang memilih pekerjaan lain karena
kethoprak dianggap tidak mempunyai masa depan yang jelas namun dia cuek
saja tetap ikut kemana arah tobong pindah iapun pasti ada disana. Oleh
karena baginya main kethoprak bukan urusan untuk mencari makan saja ,
namun bagaimana keseniaan tradisional ini tetap lestari dan digemari
oleh masyarakat . Sehingga berapapun honor atau bayaran manggung ia
terima dengan lapang dada , baginya sedikit halal lebih berkah daripada
banyak namun berakibat celaka. Ketika manggung pertama kali bayaran
yang ia terima berapa ratus rupiah saja , cuman untuk makan sederhana
dan beli rokok saja , sekarang honor pemain kethoprak sudah lumayan
jika dibandingkan dengan dahulu .<br />
<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvlWj664Jh9D6X9Kewjq66GNM_uUMVaGXyme-xwEzCITUbrLWWBa4N3zvd1ndyuKLYaodF07WGWte9t_qsN2bPgdRHrCo0mp4JyTwMXCgtF1qyquWxonrjmdKiXEX-zsqTOXfbt1wDg2g/s1600/DSC_1291hhh.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvlWj664Jh9D6X9Kewjq66GNM_uUMVaGXyme-xwEzCITUbrLWWBa4N3zvd1ndyuKLYaodF07WGWte9t_qsN2bPgdRHrCo0mp4JyTwMXCgtF1qyquWxonrjmdKiXEX-zsqTOXfbt1wDg2g/s400/DSC_1291hhh.jpg" width="400" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">salah satu adegan di kesenian kethoprak</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
“ Ya jika termasuk pemain utama bisa terima Rp 250.000,- sekali
manggung , jika yang biasa ya bisa dapat Rp 100.000,- . Kalau
dibandingkan dengan honor pemain film atau sinetron tidak ada
apa-apanya , yang penting berkahnya itu yang kita harapkan “, tambah
Mas Darno sambil merias dirinya.<br />
<br />
Kalau minta honor banyak
tidak pemain kethoprak itu , karena di pentas kethoprak ini orang-orang
yang terlibat dalam sekali pentas jumlahnya sekitar 75 orang yang
terdiri dari pemain , dalang , pemain gamelan , bagian dekorasi ,
bagian disel sampai dengan sopir dan kernet . Jumlah tersebut mempunyai
tugas dan juga honor sendiri-sendiri , oleh karena itu meskipun
borongan pentas mencapai 10 – 15 juta jika dibagi-bagi menurut tugas
dan kewajibannya ya penghasilannya bisa dihitung sendiri tidak banyak
namun cukup untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga . Yang penting
setiap bulannya mendapat tanggapan separoh lebih sudah lumayan bisa
untuk biaya hidup sehari-hari , namun dalam satu tahun kadang-kadang
ada bulan sepi yang jarang tanggapan.<br />
<br />
“ Harapan kami pada
bulan-bulan sepi pemerintah daerah atau yang lainnya memikirkan kami
para seniman kethoprak ini , diberikan tunjangan khusus atau modal
untuk usaha keluarga agar pada bulan-bulan sepi ini kami tidak pinjam
sana pinjam sini “, harap Darno mewakili teman-temannya.<br />
<br />
Selain
itu harapan yang lainnya agar kesenian kethoprak ini kembali diangkat
lewat media televisi swasta dengan menyajikan acara khusus kesenian
tradisional kethoprak seperti yang pernah dilakukan oleh INDOSIAR .
Dengan pentas ditelevisi ini masyarakat yang jarang menonton kesenian
ini akan teringat kembali kejayaan kesenian kethoprak pada jaman
dahulu. Dengan pentasnya mereka di televisi ini siapa tahu dari pemain
kethoprak ini nasib mereka bisa terangkat , entah menjadi bintang
sinetron , bintang iklan atau yang lainnya.</div>
</div>
</div>
</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-602215562099260213.post-42599807730066698132012-01-16T22:47:00.000+07:002012-01-17T09:30:42.273+07:00Kethoprak “ Siswa Budaya” Pati Kesenian Rakyat yang Tetap Lestari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="headline_artikel">
Kethoprak “ Siswa Budaya” Pati Kesenian Rakyat yang Tetap Lestari (Andi.W)</h1>
Kesenian Kethoprak adalah kesenian tradisional asli Jawa khusunya Jawa Tengah dan DIY yang diyakini sebagai cikal-bakal seni pentas , drama , film dan juga sinetron. Selain menonjolkan unsur cerita rakyat atau babad di dalam kesenian kethoprak ini mengemas berbagai macam seni dalam satu pertunjukan yang memikat. Sebagai misal jika kita menyaksikan pertunjukan kethoprak didalamya pasti ada unsur seni suara , seni tari , seni music dan juga seni peran itu sendiri. Oleh karena itu kesenian kethoprak ini bisa dikatakan sebagai kolaborasi berbagai seni yang dipadukan sehingga menghasilkan pertunjukan yang memikat dan juga menghibur .<br />
Salah satu daerah di Jawa Tengah yang dikenal sebagai gudangnya kesenian kethoprak adalah kabupaten Pati . Saat ini menurut catatan yang ada di sana masih ada 10 lebih grup atau rombongan kethoprak yang setiap waktu menerima permintaan tanggapan bagi warga masyarakat yang membutuhkan. Salah satu grup kethoprak papan atas yang saat ini masih setia menemui penggemarnya adalah “ Siswo Budayo “ dari desa Growong Lor kecamatan Juana kabupaten Pati. Kethoprak dengan pimpinan Anom ada sejak tahun 1989 dan dengan berjalannya waktu kethoprak ini terus menghibur masyarakat dan juga melestarikan tradisi Jawa di berbagai tempat.<br />
<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfe4MU09mHbiBEF6CFeLZ33uqUS8n4xgLnDKsiddpYmyHOthwqxff3744Mv5JPqJkljZENzs1hA6FvLj4FTwAb-UrlowI_VS0qj14ipLTLdjv_rPndUXbQxjwU8NU5ipBsCPFumwMqoPQ/s1600/DSC_1287vvvvvvvv.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfe4MU09mHbiBEF6CFeLZ33uqUS8n4xgLnDKsiddpYmyHOthwqxff3744Mv5JPqJkljZENzs1hA6FvLj4FTwAb-UrlowI_VS0qj14ipLTLdjv_rPndUXbQxjwU8NU5ipBsCPFumwMqoPQ/s400/DSC_1287vvvvvvvv.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">salah satu adegan kethoprak siswa budaya</td></tr>
</tbody></table>
“ Kethoprak Siswa Budaya ini umurnya sudah 20 tahun lebih menemui penggemarnya di berbagai tempat , tidak hanya di Jawa Tengah saja grup kami juga sering manggung pentas sampai ke Jawa Timur dan juga ibu kota Jakarta. Selain nguri-nguri kesenian tradisional agar tidak punah kami-kami ini para seniman kethoprak juga nunut urip hidup dari kesenian kethoprak ini “ aku Darno sang sutradara kethoprak “Siswa Budaya “ yang ditemui saat pentas di kabupaten Demak belum lama ini.<br />
Kethoprak “ Siswa Budaya “ ini menurut Darno meskipun home basenya di Pati namun pemain<br />
atau senimannya merupakan kolaborasi antar daerah . Selain seniman dari Pati sendiri , ada juga seniman kethoprak dari Purwodadi , Solo , Klaten Jawa Tengah dan juga kota Ngawi, Bojonegoro, Tulung Agung Jawa Timur yang ikut pentas menghibur masyarakat. Para pemain tersebut biasanya merupakan seniman yang termasuk handal di daerahnya namun tidak ada wadah atau grup yang menaunginya . Selain itu pemain ini biasanya mempunyai ketrampilan khusus yang dapat memikat penonton , sehingga kehadirannya selalu dinantikan penonton seperti halnya pemain film atau sinetron. Di kethoprak “ Siswa Budaya “ ini banyak seniman handal yang bergabung disini oleh karena itu jika pas tanggapan ramai mereka tidak pernah pulang kampung karena selalu mengikuti perjalanan tobong menemui pemirsanya.<br />
“ Alhamdulillah untuk bulan Apit ini grup kami sebulan penuh tidak pernah lowong menghibur masyarakat dalam rangka sedekah bumi , sedekah laut di Pati sendiri dan juga daerah lainnya. Untuk bulan-bulan lain seperti Agustus juga banyak tanggapan jika dihitung setahun kami bisa manggung 150 kali “ ujar Darno yang main kethoprak sejak tahun 1976.<br />
<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRtq8sxF7y0WPIb4xR9FqFHXkxkcWj63v-Ud_vMbHPjcE_HplPQpFmZ4pi6hdZqEDkgzwZNH8uosRcB_zPCrH1YqXsyRIYPcpbsWEUhPEHf9QwZM-FikGKTpMgHQ48MiHNBbbFtqUixAo/s1600/DSC_1292.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRtq8sxF7y0WPIb4xR9FqFHXkxkcWj63v-Ud_vMbHPjcE_HplPQpFmZ4pi6hdZqEDkgzwZNH8uosRcB_zPCrH1YqXsyRIYPcpbsWEUhPEHf9QwZM-FikGKTpMgHQ48MiHNBbbFtqUixAo/s320/DSC_1292.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penonton penuh perhatian melihat pertunjukan kethoprak</td></tr>
</tbody></table>
Ketika ditanya tentang cerita yang dipentaskan grup kethoprak Siswa Budaya , Darno yang juga berperan sebagai pemain mengatakan , ada 150 cerita yang dapat dipilih menurut selera . Lakon atau cerita itu biasanya berwujud babad atau cerita rakyat yang disusun berdasarkan buku-buku yang ada . Selain itu pula lakon bisa didapat dari mulut ke mulut dari orang-orang tua dulu yang kemudian disusun menjadi cerita baru yang kemudian dipentaskan dalam panggung. Namun agar pentas tidak membosankan cerita itu dikemas sedemikian menarik dengan bumbu-bumbu yang memikat penonton . Misalnya dengan menambah tari-tarian , lawak , dan juga lagu-lagu kini seperti ndangdhut dan campur sari. Selain itu di setiap penampilan tehnik penataan panggung atau property setiap waktu juga diganti agar tidak membosankan , seperti penataan lampu , suara dan juga penampilan pemain.<br />
Oleh karena itu meskipun kesenian tradisional namun kethoprak “ Siswa Budaya “ saat ini mampu memikat para penontonnya dengan mengkolaborasikan seni modern di dalamnya , misalnya untuk musiknya selain gamelan juga ada organ , drum dan yang lainnya. Cerita yang ditampilkan juga mampu memikat penonton dari berbagai kalangan baik tua maupun muda , misalnya dengan menyajikan adegan romantic yang menggemaskan , adegan perang dengan unsur akrobatik yang mencengangkan dan tidak ketinggalan lawakan-lawakan yang lucu dan menggelikan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ada pentas kethoprak “ Siswa Budaya” ini penonton yang melihatnya selalu berjubel dari berbagai kalangan.<br />
Seperti halnya pentasnya di desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak , pasar ikan yang menjadi arena pentas kethoprak dipenuhi oleh ratusan penonton dari desa-desa seputaran Kedungmutih. Dengan banyaknya penonton tersebut membuat kegembiraan tersendiri Kepala Desa Kedungmutih Hamdan yang memang menyukai kesenian wayang dan ketoprak ini. Sehingga setiap tahun dalam masa kepemimpinannya dalam acara sedekah bumi dan laut pasti menggelar dua kesenian secara bergantian , khusus tahun ini dua pentas sekaligus yaitu wayang dan kethoprak.<br />
<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTngA1GUtuBAJGLsghpnLGtip1ktWKUXDC90uf8zf2-T2BfuPFY5-IzovwoCQirhjRdgyK_PjcjtNBlKb-qXqFPQL1rDF_jgR55PcWHCQYIFlMwsmTx8qz9QSMREgyjoMJRYfNHq3vr4Q/s1600/DSC_1299.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTngA1GUtuBAJGLsghpnLGtip1ktWKUXDC90uf8zf2-T2BfuPFY5-IzovwoCQirhjRdgyK_PjcjtNBlKb-qXqFPQL1rDF_jgR55PcWHCQYIFlMwsmTx8qz9QSMREgyjoMJRYfNHq3vr4Q/s400/DSC_1299.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Panggung kethoprak dari jauh dengan penonton yang membludak</td></tr>
</tbody></table>
</div>kesenianhttp://www.blogger.com/profile/00860351337369840387noreply@blogger.com0